Kamis, 04 Februari 2010

another idea

hey ! maaf gue jarang nge-published post baru di blog gue, karena kesibukan gue buat belajar yang lumayan padat, jadinya gue jarang banget buat online, oh iya, gue mau sedikit memamerkan salah satu hasil karya gue yang udah cukup terkenal dikalangan anak-anak kelas gue, guru-guru sama teman-teman gue menyukai hasil karya gue ini, gue dapet tawaran buat menerbitkan sebuah cerita atau puisi dan itupun lagi dalam proses :) doain aja mudah-mudahan semuanya lancar :)


Catatan Kecil Sang "Aku"

Luapan emosiku dan pikiran negatifku seakan-akan terus menggerogoti akal pikiranku.
Ingin rasanya aku berteriak dan memaki mereka.
Apa yang ia rasakan dan aku rasakan adalah sama karena aku merupakan darah dagingnya sendiri.
Aku seakan-akan tinggal disebuah perkumpulan orang-orang asing.
Entah apa yang mereka pikirkan dan mereka inginkan.
Aku selalu mendapati diriku dan dirinya adalah seorang yang tertindas.
Apakah mereka merasakan apa yang kami rasa ?

Aku tahu, kami sangatlah berbeda.
Perlakuan mereka terhadapnya seolah-olah telah membuat dirinya tak berguna.
Tak ada yang menghargai ataupun berterima kasih padanya.
Hal itu memang membuat batinnya tetekan bahkan sesekali mendekam didalam hatinya.
Ia adalah seorang yang tak dapat menghujat ataupun bertindak secara kasar terhadap orang-orang yang membuatnya kecewa.
Mengapa harus aku yang emosi ?
Mengapa harus aku yang tak tahan dengan keadaan ?
Mengapa harus aku yang terus mencoba bersabar ?
Apakah yang aku rasakan ini salah ?
Ya, aku tahu, masalah ini bukan masalah aku, melainkan masalahnya.

Tapi jika keadaan sudah seperti ini, akankah kesabarannya terus diuji ?
Memang aku tak layak untuk mencaci maki mereka.
Tapi jeritan dan tangisan didalam hatinya hanyalah aku seorang yang tahu.
Ia tak pernah membuka mulut dan bercerita kepada orang lain selain aku, orang yang paling berharga dimatanya.
Bahkan aku sendiri pun memang telah mengecewakannya.
Tetapi rasa menyesal dan adanya usaha untuk membahagiakan dirinya sedang kujalani dengan arah yang kubuat dan kutempuh.
Mengapa hal sedemikian rupa tak terjadi kepada mereka ?
Orang-orang yang ada dihidupnya dan diharapkannya.

Haruskah ia membentak dan memaki mereka agar mereka bisa lebih jauh untuk berfikir ?
Tidakkah mereka sadari perbedaan ia,aku dan mereka ?
Apakah mereka tak pernah memikirkan perasaannya ?
Apakah ia dimata mereka tak ada harganya ?
Apakah ia tak berguna dan tak penting untuk mereka ?
Mengapa semua usahanya terbuang sia-sia begitu saja ?
Oh Tuhan, berikanlah ia cahaya kehangatan-Mu, berikanlah ia kebahagiaan dalam hidupnya, aku tahu, ia bukanlah manusia yang sempurna, ia pernah berdosa, ia seorang manusia yang bisa melakukan kesalahan, tapi biarkanlah aku bisa melihat ia tersenyum dan tenang menjalani hidupnya.

Aku disini hanya bisa duduk terdiam dan mendengarkan segala keluh kesahnya.
Ia tak perlu janji dan kata-kata manis dari bibirku, yang ia butuhkan hanyalah bukti.
Bagiku, keadaan seperti ini cukup membuat emosiku mudah untuk meluap.
Tapi sekuat tenaga aku selalu menahannya, aku selalu berfikiran jernih dan membuang semua pikiran burukku.
Karena aku berbeda dengan mereka, aku akan membuktikan bahwa aku lebih baik dari mereka.
Aku tak akan membiarkan dirinya terpuruk dalam kesedihan dan kejenuhan.
Semua yang aku lakukan terhadapnya hanyalah ingin membuatnya tersenyum dan bahagia.

Aku yang hanya bisa menangis dan menundukkan kepala diruanganku dan tak dapat berbuat apa-apa.
Yang dapat kuperbuat adalah hanya berdoa, memohon dan berusaha meringankan beban pikirannya.
Bagaimanapun, seperti yang kukatakan tadi, aku merupakan darah dagingnya sendiri.
Sifat ia yang sabar, tegar, dan tegas menurun didalam jiwaku, aku tahu itu.
 Kelak aku tak ingin penerusku merasakan hal yang sama seperti aku, maka dari itu aku harus menyelesaikan masalah ini agar otak dan batinku bisa berfikir lebih jernih lagi.

Memang, masih banyak yang harus aku pikirkan.
Ia selalu meyakinkanku bahwa dirinya baik-baik saja, tetapi aku tahu perbedaan antara alibi dan realita.
Memang usiaku kurang pantas untuk dikatakan dewasa, tapi setidaknya pemikiranku lah yang dapat mewakili kata itu.
Aku tak dapat menceritakan masalah ini kepada sembarang orang.
Ini merupakan sebuah privasi bagi aku maupun dirinya.
Seperti sebuah cerita, dimana akhir dari cerita tersebut masih menjadi sebuah tanda tanya besar bagiku.
Akankah berakhir bahagia ataukah berujung nestapa ?

Sebagai manusia yang tak berdaya, aku dan ia hanya bisa bersabar dan berdoa kepada Yang Kuasa.
Tapi apa yang ia dapatkan ?
Semua usahanya habis dimakan mereka.
Mengapa tak pernah mereka sisakan sedikitpun kepadanya ?
Ia yang selalu mengeluarkan tenaga, ia yang selalu berjuang, ia yang selalu terus berusaha agar mendapatkan hasil, tapi apa yang ia dapatkan ?
Keserakahan dan maruknya emosi orang-orang itulah yang membuatnya tertekan seperti ini.
Selalu tidak puas dan tak pernah mensyukuri keadaan.
Mereka fikir, ia tahan dengan keadaan seperti ini ?
Ia tak mungkin terus bertahan dengan perlakuan mereka terhadapnya seolah-olah ia tak berguna !


Pernahkah mereka berfikir bahwa dirinya telah berkali-kali berada diambang kesabaran yang membuatnya ingin mengakhiri hidupnya begitu saja ?
Pernahkah mereka sadari betapa besar pengorbanan dirinya didalam hidup mereka ?
Sadarkah mereka bahwa ia pernah mengabaikan aku demi mereka ?
Kurang kah kasih sayang dan pengorbanan ia terhadap mereka ?
Tak pernah puas kah mereka dengan apa yang selalu ia kasih terhadap mereka ?
Pernahkah mereka berniat untuk bertekuk lutut dan berterima-kasih kepadanya ?
Apa benar kalau selama ini mereka hanya mementingkan pribadi masing-masing dibandingkan keberadaan kami ?
Apa yang mereka inginkan ? apa yang mereka fikirkan ? apa yang mereka pedulikan ?

Cukuplah untuk membicarakan mereka.
Karena apa yang aku lihat dan aku pikirkan tentang mereka hanyalah dapat memperbanyak prasangka buruk dan dosaku.
Berkali-kali aku mengatakan bahwa aku tak seharusnya berpikiran seperti ini.
Berkali-kali pula aku selalu berperan sebagai orang yang tak tahu apa-apa didepan mereka.
Aku disini hanya bisa membungkam dan tak banyak bicara.
Karena aku tahu, aku tak mempunyai hak dan peran atas kejadian ini.
Hanya bisa meluapkannya kedalam secarik kertas bekas dan pena yang bertinta merah sebagai tanda kemarahanku.

Aku yang selalu sabar menghadapi cobaan ini.
Aku yang selalu bisa mengerti keadaan.
Aku yang selalu bisa menghadapinya dengan senyuman.
Aku yang selalu membuatnya tertawa dan tersenyum.

Aku yang tahu bagaimana isi hatinya.
Aku yang tahu bagaimana terpuruk jiwanya.
Aku yang tahu betapa terluka batinnya.
Aku yang tahu bahwa sosoknya merupakan pribadi yang tak lemah.

Aku yang menjadi suatu kelebihan dibalik kekurangannya.
Aku yang berusaha semampuku untuk membantunya walaupun hanya lewat doa.
Aku yang menangis dalam tidurku disaat memikirkan keadaannya.
Aku yang tak tahan melihat ia terluka.
Aku yang sudah cukup letih melihat keadaan ini !

Oh Tuhan, kuatkanlah hatinya !
Aku tak berhak melontarkan kata-kata keji dan tak pantas terhadap mereka !
Aku hanya bisa mengucapkan nama besar-Mu ketika kesabaranku tengah diuji.
Aku hanya bisa menangis ditengah kesendirian.
Aku hanya bisa memohon dan berdoa kepada-Mu Tuhan !
Adakah Kau mendengar pinta hamba-Mu ini ?
Apakah aku sudah terlalu banyak berbuat dosa kepada-Mu sehingga Engkau enggan mendengar doaku ini ?

Ya, aku tahu, aku hanyalah seorang manusia hina dan pembuat dosa.
Maafkan aku Tuhan, aku memang salah, aku tak pantas dipuja dan dipuji didepan mereka.
Tapi kali ini, aku ingin sekali memohon kepada-Mu.
Demi orang yang sangat aku cinta dan aku sayangi.
Demi orang yang amat sangat berperan besar didalam hidupku.
Demi orang yang berjuang antara hidup dan mati untuk membiarkanku melihat indahnya dunia ini.
Demi orang yang memiliki surga, yang berada ditelapak kakinya.
Demi orang yang berjasa amat besar sehingga aku sendiri pun tak tahu bagaimana membalasnya, ya Tuhan !!

Oh Tuhan, dengarkanlah jeritan hati hamba-Mu ini !
Kesabaran kami terus diuji dan kami tak kuasa menahan diri untuk menggoyahkannya.
Berikanlah ia yang terbaik dalam hidupnya.
Untuk saat ini dan seterusnya.
Tolonglah Tuhan, dengarkanlah pintaku ini.
Jeritan hati seorang anak yang berdoa dan memohon untuk sang ibu yang dicintainya.

Created by : Regina Sapoetri
01 Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar